Amerika Serikat menuding Cina dan Rusia semakin banyak
membelanjakan dana mereka pada teknologi pengamatan untuk mencegat
komunikasi. Amerika juga menuding kedua negara itu sedang mencoba untuk
mengontrol Internet.
"Banyak negara Timur Tengah, Rusia, Cina dan lain-lain, Saya percaya, akan semakin agresif untuk mencoba mengendalikan internet," kata Alec Ross, penasihat senior Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, dalam sebuah jumpa pers di Jenewa, Kamis, 7 Maret 2013.
Ross mengatakan Cina, Rusia dan negara lainnya telah membeli teknologi pengamatan, tetapi tidak memiliki batasan sebagaimana yang berlaku di Amerika Serikat, di mana hanya seorang hakim yang dapat mengatur penggunaannya untuk jangka waktu yang ditetapkan.
"Jadi, apa yang saya lihat adalah miliaran dan miliaran dolar investasi masuk ke teknologi pengamatan generasi berikutnya ke negara-negara ini," kata Ross.
Amerika Serikat dan Cina telah saling serang selama berbulan-bulan atas penggunaan Internet. Masing-masing menuduh pihak lain membajak situs web pemerintah yang sensitif.
Ross mengatakan Pemerintahan Obama berkomitmen untuk membela kebebasan internet. "Ini sebuah pilar dari prioritas kebijakan luar negeri Amerika yang menyebabkan penolakan perjanjian global tahun lalu," ujarnya.
Upaya untuk menetapkan kebijakan dunia untuk pengawasan Internet gagal dicapai di Dubai pada bulan Desember lalu. Negara-negara Barat beralasan rencana kompromi itu memberikan terlalu banyak kekuasaan kepada PBB dan para pejabat lainnya.
Amerika Serikat dan sekutu berjuang untuk menjaga mandat International Telecommunication Union, sebuah lembaga PBB, tidak meluas ke pengawasan Internet. Mereka khawatir hal itu bisa menyebabkan peningkatan sensor.
Sementara blok negara-negara yang dipimpin oleh Rusia menginginkan bahasa yang bisa membuka pintu ke lebih banyak regulasi tentang isu-isu dunia maya, seperti soal spam dan keamanan.
Sumber Tempo.co